Blogroll

Flyff Chinese Magnifying Glass

Senin, 27 Oktober 2014

A Study In Scarlet

Penelusuran Benang Merah (judul asli dalam bahasa Inggris: A Study in Scarlet) adalah novel fiksi detektif karya Sir Arthur Conan Doyle yang memperkenalkan tokoh detektif konsultan rekaannya, Sherlock Holmes, serta sahabat sekaligus penulis kisah petualangannya, dr. Watson, yang kelak akan menjadi dua tokoh terkenal dalam dunia sastra.

Doyle menulis kisah ini pada tahun 1886 dan diterbitkan setahun kemudian. Judul novel ini diambil dari penjelasan Holmes kepada Watson mengenai pekerjaannya, bahwa penyelidikan kasuspembunuhan dalam cerita ini merupakan "penelusuran benang merah". berikut adalah cerita penelusuran benang merah selamat membaca saya juga menyarankan untuk nonton nya di youtube berikut link nya:http://www.youtube.com/watch?v=GN6doh1Oujg
SHERLOCK HOLMES - Penelusuran Benang Merah
Penelusuran Ulang Kenangan John H. Watson, M.D., Pensiunan Dep


Part I - Bab 1

MR. SHERLOCK HOLMES

PADA TAHUN 1878 aku mengambil gelar Doctor of Medicine di Universitas London, dan meneruskan pendidikanku di Netley untuk menjalani kursus ahli bedah di Angkatan Perang. Setelah menyelesaikan studiku, aku bergabung dengan Fifth Northumberland Fusiliers sebagai asisten ahli bedah. Pada waktu itu Resimen ditempatkan di India, dan sebelum aku bisa bergabung, perang kedua di Afghan telah terjadi. Begitu mendarat di Bombay, aku sadar bahwa tubuhku telah melewati perbatasan, dan sudah begitu jauh masuk ke negeri musuh. Aku terus mengikuti petugas lainnya yang situasinya sama denganku, yaitu tiba di Kandahar dengan selamat untuk bergabung dengan resimen, dan sekaligus memulai tugas-tugas baru.

Kampanye memberikan janji-janji dan kehormatan kepada banyak orang, tetapi bagiku hanyalah bencana dan kemalangan. Aku dipindahkan dari kesatuanku dan dipekerjakan di Berkshires, aku mengabdi di sana berterpatan pada saat pertempuran fatal di Maiwand. Di sana bahuku diterjang peluru Jezail yang menghancurkan tulang serta menyerempet nadi-subclavian ku. Seharusnya aku sudah berada di tangan pembunuh kejam Ghazis sekarang, namun atasanku Murray - entah kenapa – memaksaku melewati segerombolan kuda sehingga membawaku sampai ke perbatasan Inggris dengan selamat.

Rasa sakit dan penderitaan berkepanjang menyeselimuti diriku yang lemah. Aku dipindahkan, dengan menderita sederetan luka yang hebat, ke rumah sakit pangkalan di Peshawar. Demam enteric, semacam kutukan orang India, membuatku terkapar dan terbaring serta jauh dari hal-hal seperti berjalan-jalan berkeliling bangsal bahkan sedikit berjemur di beranda. Selama berbulan-bulan hidupku penuh dengan keputusasan, namun pada akhirnya, perlahan-lahan sembuh serta kembali pada diriku semula. Aku menjadi sangat lemah dan kurus, keadaan ini membuatku disegerakan kembali ke Inggris. Aku dikirimkan via pesawat pengangkut tentara Orontes, dan mendarat satu bulan kemudian di dermaga Portsmouth dengan kesehatan yang semakin memburuk. Sesampainya di Inggris, aku diberi ijin oleh pihak Pemerintah untuk menghabiskan masa penyembuhanku selama sembilan bulan berikutnya.

   Aku hidup sebatang kara di Inggris, sekaligus bebas seperti udara - atau bebas sebagai orang yang berpenghasilan sebelas shilling eman sen sehari yang menjadikanku seperti lelaki sejati pada umumnya. Aku bertempat tinggal di London, tempat yang bagus bagi semua pemakai Lounge dan pemalas Kerajaan untuk membuang uangnya. Aku tinggal di hotel pribadi di sekitar Pantai. Di saat suntuk, aku bisa jalan-jalan, dan menghabiskan uang yang aku memiliki, sangat bebas bahkan lebih bebas dari diriku yang sesungguhnya. Aku sadar bahwa kondisi finansialku sudah sangat mengkhawatirkan, sehingga memaksaku untuk pergi dari kota metropolis ini dan hidup di tempat lain, di suatu tempat di negeri ini, atau merubah total gaya hidupku. Aku mulai berfikir untuk memilih alternative yang ke dua yaitu meninggalkan hotel, dan menyewa tempat tinggal yang lebih murah serta berjangka empat priode.
     Setelah lama berfikir maka aku sampai pada keputusan ini. Aku berdiri di Bar Criterion. Ketika seseorang menepuk bahuku, aku menoleh ke belakang, ternyata aku mengenalinya, Young Stamford, yang tadinya menegurku di Bart. Tatapan mukanya yang bersahabat di belantara London yang agung ini adalah suatu hal yang menyenangkan bagi seorang yang kesepian seperti diriku. Dahulunya Stamford dan aku belum pernah seakrab ini, tetapi sekarang aku meladeninya dengan antusias, dan pada giliranya, ia muncul dan mengunjungiku. Dalam suasana gembira, aku mengajaknya makan siang di Holborn, dan kami mulai mengobrol.

"Apa yang terjadi pada dirimu, Watson?" ia bertanya dengan terang-terangan, seperti merayap menembus jalanan London yang penuh sesak. "kau sama kurusnya dengan penggaris dan kulitmu sama coklatnya dengan kacang."

Aku menceritakan semua petualanganku. Setelah lama bercerita, kami sampai pada maksud dan tujuanku.

"Orang malang!" katanya, dengan penuh kasihan, setelah ia mendengar-kan kemalanganku. "Apa yang mau kau lakukan sekarang?"

"Mencari penginapan," jawabku. "Berusaha untuk mendapatkan ruang yang nyaman dengan harga layak."

"Aneh sekali ya...," kata rekanku; "dalam satu hari ini, sudah dua orang menanyakan itu kepadaku, termasuk kau."

"Dan siapa yang pertama?" Tanyaku.

"Seorang teman yang sekarang sedang bekerja di laboratorium kimia di rumah sakit. Pagi ini dia meratapi dirinya karena tidak bisa menemukan seseorang yang mau berbagi beberapa ruangan yang bagus dengannya, yang terlalu sulit untuk ditanggungnya sendiri."

"Astaga!" Aku berteriak; "jika benar dia ingin seseorang untuk berbagi ruang dan biayanya, aku orang yang tepat untuknya. Aku lebih suka punya partner ketimbang sendirian."

Young Stamford memandangiku dengan cara yang aneh, di atas gelas winenya. "kau belum tahu Sherlock Holmes sedikitpun," katanya; "barangkali kau tidak akan tahan berteman dengannya."

"Kenapa, apa ada yang salah dengannya?"

"Oh tidak, aku tidak bilang begitu. Pemikirannya sedikit aneh dan terlalu antusias dengan beberapa cabang sains. Sejauh yang aku tahu, dia adalah pekerja yang cukup taat peraturan."

"Apa dia Mahasiswa Kedokteran?" kataku.

"Bukan - Aku ngak tahu apa keahlianya. Aku percaya ia ahli di bidang anatomi, dan salah satu ahli kimia terbaik; tetapi, sejauh yang aku tahu, ia belum pernah mengambil kelas medis. Studinya sangat eksentrik dan tak teratur, tetapi pengetahuannya lebih banyak dibanding profesornya."

"Tak pernahkah kau tanyai dia apa yang dikerjakannya?" Tanyaku.

"Tidak; dia bukanlah orang yang mudah diprediksi, meskipun begitu ia cukup komunikatif ketika kita tanya seputar khayalannya."

"Aku perlu menemuinya," Kataku. "Jika aku akan indekos dengan seseorang, aku perlu belajar menyukai orang itu dan mempelajari kebiasaannya. Aku tidak cukup kuat untuk bertahan di keramaian. Aku sudah bosan dengan keadaanku seperti di Afghanistan kemarin. Bagaimana aku bisa menemui temanmu ini?"

"Dia pasti sedang di laboratorium sekarang," jawab rekanku. "Ia tidak akan meninggalkan tempat itu selama berminggu-minggu, kecuali bekerja di sana dari pagi sampai malam. Jika kau suka, kita bisa berkeliling-keling setelah makan siang."

"Pasti," Jawabku, dan percakapan pun beralih ke topik yang lain.

Setelah meninggalkan Holborn, kami memutuskan untuk pergi ke rumah sakit, dan Stamford memberiku lagi beberapa gambaran mengenai pria ini..

"Kau jangan menyalahkan aku jika tak merasa cocok dengannya," katanya; "Pengetahuanku tentang dia hanya sebatas yang aku pelajari dari pertemuan di laboratorium. Kau yang menginginkan pertemuan ini, jadi jangan minta pertanggungjawaban ku."

"Jika tidak berhasil, akan lebih mudah bagi kita untuk berpisah," Jawab ku. "Nampaknya aku juga begitu, Stamford," Aku menambahkan, sambil melihat rekanku dengang rasa tak enak, "Alasanmu untuk tidak terkait menyangkut perihal ini adalah karena perangai orang ini yang sangat hebat, atau apa? Jangan bicara ngak jelas gitu dong."

"Tidak mudah untuk mengekspresikan hal yang susah diekspresikan," ia menjawab dengan tawa. "Bagiku, Holmes sedikit terlalu ilmiah dan mendekati berdarah-dingin. Aku bisa bayangkan dia memberi temannya secuil sisa sayuran alkaloida, bukan karena ia dengki, kau tahu kan..., tetapi sederhananya, dia selalu bersemangat nuntuk memastikan keakuratan efek dari sebuah teori. Untuk melakukan keadilannya, aku pikir dia bersedia diperlakukan sama jika dia di posisi temannya tadi. Sepertinya Ia sangat terobsesi dengan kenyataan dalam ilmu pasti."

"Ya bagus lah kalau begitu."

"Ya, tetap saja berlebihan... waktu itu aku melihat dia memukul subjek di ruang potong, dan bentuk subjeknya berubah jadi bentuk yang agak aneh."

"Memukul subjek"

"Ya, untuk memverifikasi berapa banyak memar yang mungkin diproduksi setelah kematian. Aku melihatnya dengan mataku sendiri."

"Tapi kau bilang tadi dia bukan mahasiswa kedokteran?"

"Tidak. hanya Tuhan yang tahu bidang studi apa yang diambilnya. Namun kita sudah sampai di sini, dan kau harus membentuk kesanmu sendiri tentangnya." Begitulah katanya, kami menuruni jalan setapak yang sempit dan melintas pintu samping yang kecil, yang terbuka menuju bagian samping rumah sakit yang besar. Aku sudah terbiasa dengan suasana rumah sakit ini, dan tidak perlu dipandu ketika kami menaiki tangga batu yang berwarna pucat dan jalan di koridor panjang yang dindingnya bercat putih dan pintu berwarna dun. Mendekati ujung jalan yang melengkungan rendah dan bercabang menuju laboratorium kimia.

Kamar yang tinggi, bergaris-garis, dan dipenuhi dengan botol yang tak terhitung jumlahnya. Meja yang lebar dan rendah berserakan, tabung destilasi berdiri tegak, tabung reaksi, dan Lampu Bunsen kecil, dengan kedipan nyala api biru. Hanya ada satu siswa di ruang itu, yang sedang membungkuk ke depan meja dan larut dengan pekerjaannya. Bunyi langkah kaki kami membuatnya menoleh ke arah kami dengan sangat gembira.

"Aku menemukannya! Menemu-kannya," Teriaknya kepada rekanku, berlari ke arah kami dengan tabung reaksi di tangannya. "Aku sudah menemukan re-agent yang memper-cepat hemoglobin, dan bukan yang lain." Dia seperti menemukan tam-bang emas, kesenangan di paras wajahnya tidak bisa dilukiskan lagi.
"Dr. Watson, Mr. Sherlock Holmes," kata Stamford, memperkenalkan kami.
"Apa kabar?" katanya dengan ramah, serta menggenggam tanganku dengan kuat, seperti sedang diberi uang. "Anda pernah ke Afghanistan, ku rasa."
"Bagaimana anda bisa tahu?" tanyaku, dengan terkejut.

"Bukan apa-apa," katanya, tertawa kecil sendiri. "Pertanyaan sekarang adalah tentang haemoglobin. Kau lihat penemuanku ini? Tidak diragukan lagi."

"Secara kimiawi hal ini menarik, tidak diragukan lagi," Jawabku, "tetapi secara praktik--"

"Kenapa, bung, ini penemuan medico-legal yang paling praktis selama bertahun-tahun. Tahukah anda bahwa itu memberi kita tes yang layak untuk noda darah? ke sini sekarang!" Ia meraih lengan jaketku dengan sangat berhasrat, dan menunjukkan meja kerjanya kepadaku. "Andaikan kita punya darah segar," katanya, sambil menusuk jari nya, lalu menteteskan darahnya ke dalam pipet tetes. "Sekarang, aku menambahkan sedikit darah ini ke 1 liter air. kau pasti merasa bahwa campuran yang dihasilkan mewakili air murni. Proporsi darah tidak bisa lebih dari satu per sejuta. Aku tak punya keraguan, walaupun begitu, kita harus memperoleh karakteristik reaksinya." Selagi ia bicara, Ia meletakkannya ke dalam bejana dengan sedikit kristal putih, dan kemudian menambahkan beberapa tetes cairan transparan. Segera muatan itu diasumsikannya berwarna kayu mahoni jemu, dan debu kecoklat-coklatan bergerak cepat ke dasar guci kaca.

"Ha! ha!" ia berteriak gembira, menepukkan tangannya, dan berseri-seri seperti anak-anak dengan mainan baru. "Apa pendapat anda?"

"Tampaknya tes berjalan baik," Kataku.

"Benar sekali! benar Sekali! Tes Guaiacum klasik adalah tes yang sangat canggung dan tidak-pasti. Jadi apakah layak sebagai penguji mikroskopik untuk sel darah. Dan kemudian, tidak ada gunanya jika noda dibiarkan beberapa lama. Sekarang, inilah solusinya, jika darah dalam kondisi baru atau tidak. Pernahkan tes ini ditemukan? ada beratus-ratus manusia yang sekarang berjalan di atas bumi ini yang dulunya harus dihukuman atas kejahatan mereka."

"Tentu saja!" bisikku.

"Perkara pidana terus-menerus bergantung pada hal ini. Seseorang diputuskan untuk dijadikan tersangka memakan waktu kurang lebih satu bulan. Pakaian atau pelapisnya diuji dan noda kecoklat-coklatan ditemukan di atasnya. Apakah itu noda darah, noda lumpur, noda karat, noda buah, atau apapun itu. Bagi para ahli bisa menjadi pertanyaan yang membingungkan, tapi mengapa? Sebab tidak ada pengujian yang dapat dipercaya. Sekarang kita punya tes Sherlock Holmes, dan tidak akan ada lagi kesulitan."

Matanya berkelip kala ia bicara, dan meletakkan tangan di dadanya serta membungkuk seolah-olah mendapat tepuk tangan yang meriah.

"Kau pantas diberi selamat," kataku, melihat gairahnya yang meluap-luap.

"Ada kasus Von Bischoff di Frankfort tahun lalu. Ia pasti sudah digantung jika tes ini ada. Kemudian ada Tukang batu dari Bradford, sang terkenal Muller, Lefevre dari Montpellier, dan Samson dari New Orleans. Aku bisa memberi penilaian pada kasus-kasus itu, di mana penilaian itu akan mempengaruhi keputusannya."

"Kau seperti Kalender Kejahatan berjalan," kata Stamford tertawa. "Kau mungkin bisa mulai dengan membaca koran di rubrik kriminal. cari saja di surat kabar Police News edisi yang sudah lewat.'"

"Bacaan yang Menarik, bagus juga," kata Sherlock Holmes, sambil melengketkan potongan kecil plester di jarinya yang luka. "Aku harus hati-hati," lanjutnya, sambil berbalik tersenyum ke arahku, "karena Aku akan mencoba memercikinya dengan racun." Ia menahan tangannya sambil bicara, dan benar saja, jarinya yang luka tadi dibubuhinya dengan bintik beraneka warna dan dibalut dengan selembar potongan plester, dan dikotori dengan asam kuat.

"Kami datang ke sini untuk sebuah urusan," kata Stamford, yang sedang duduk di bangku tinggi berkaki-tiga, dan mendorong bangku yang lain ke arahku dengan kakinya. "Temanku ke sini untuk menanyakan sesuatu; dan seperti keluhanmu waktu itu, aku pikir sebaiknya ku jumpakan saja kalian berdua."

Sherlock Holmes tampaknya gembira atas gagasan untuk membagi ruangannya dengan aku. "Aku sudah lihat deretan pemukiman di Baker Street," katanya, "yang akan sesuai untuk kita tempati. Aku harap kau tidak keberatan dengan bau tembakau."

"Aku selalu merokok," Jawab ku.

"Itu sudah cukup. Aku biasanya menyimpan bahan-kimia, dan adakalanya mengadakan eksperimen. Apakah itu mengganggumu?"

"Tidak sama sekali."

"Baiklah, biar aku jelaskan dahulu. Kadang-kadang Aku ingin menyendiri, dan tidak berbicara selama berhari-hari. Jangan kira aku sedang merajuk ketika melakukan itu. Biarkan saja aku sendiri, dan Aku akan segera normal kembali. Apa kau punya keluhan sekarang? Adalah penting bagi dua orang untuk saling mengetahui kebiasan buruk satu sama lain sebelum mereka tinggal bersama."

Aku tertawa atas tanya-jawab ini. "Aku memelihara anak anjing bull," kataku, "dan aku keberatan akan adanya hal-hal yang mengejutkan karena aku orangnya panikan, dan aku punya jam-jam untuk gila-gilaan, dan aku orang yang sangat malas. Aku punya sederetan sifat buruk lainnya jika sedang bahagia, tetapi yang tadi itu merupakan hal yang utama sekali."

"Apakah bermain biola juga termasuk kategori burukmu?" tanyanya, dengan penuh hasrat.

"Tergantung permainanmu," Jawabku. "Permainan biola yang baik bagai-kan persembahan untuk Tuhan dan sebaliknya--"

"Oh, baiklah," teriaknya, sambil tertawa. "Aku pikir kita bisa pertimbang-kan hal tersebut segera setelah kau suka tempatnya."

"Kapan kita lihat rumahnya?"

"Besok siang, temui aku di sini, dan kita akan berangkat bersama-sama dan menyiapkan segalanya," jawabnya. "Baiklah, besok siang," kataku sambil menjabat tangannya. Lalu kami pergi dan meninggalkannya sendiri, bekerja dengan bahan-bahan kimia, dan kami berjalan bersama-sama ke arah hotelku.

"Ngomong-ngomong," tanyaku tiba-tiba, sambil berhenti dan berputar ke arah Stamford, "bagaimana dia tahu aku pernah ke Afghanistan?"

Rekanku tersenyum enigmatical. "Itu baru sedikit keanehan kecilnya," katanya. "Sebagian besar orang ingin tahu bagaimana ia menemukan hal-hal tersebut."

"Oh! sungguh misterius, ya kan?" Aku merinding, sambil menggosok tanganku. "Menarik sekali. Aku berhutang budi kepadamu karena telah menjumpakan kami berdua. 'untuk mengerti seseorang kita harus langsung bertemu orang itu sendiri,' ya kan…"

"Kau harus mengerti dia, kemudian," kata Stamford, seperti menyuruhku mengucapkan selamat jalan.

"Kau lihat saja nanti.., dia akan bermasalah lebih dulu. Aku berani bertaruh ia akan memahamimu lebih banyak dibanding kau memahami dia. Good-Bye."

"Good-Bye," Jawabku, sambil berjalan ke arah hotelku, sambil memikirkan kenalan baruku.

Related Posts:

  • Petualangan Rumah KosongCerita ini adalah dimana sherlcok holmes yang bangkit dari kubur tanpa di ketahui asal usul nya tapi dia menceritakan semua hal itu ke watson bagaiman… Read More
  • Mycroft Holmes Mycroft Holmes Mycroft Holmes adalah tokoh fiksi dalam cerita-cerita pendek bertokoh utamaSherlock Holmes karya Sir Arthur … Read More
  • Peter si HitamPeter si Hitam masuk ke dalam cerita "kembalinya Sherlock Holmes" cerita ini mengenalkan inpekstur hopskin yang kesusahan menangani kasus ini. Maaf sa… Read More
  • G. Lestrade (inspektur Lestrade)  Inspektur Lestrade Inspektur G. Lestrade, atau Mr. Lestrade, adalah karakter fiksi yang muncul dalam beberapa&n… Read More
  • Adventure of Dancing manPETUALANGAN ORANG MENARIHolmes telah duduk selama beberapa jam dalam keheningan dengan panjang punggung, tipis melengkung di atas sebuah kapal kimia d… Read More

0 komentar:

Posting Komentar